SEMUA TENTANG HATI
Sunday, November 29, 2009
Sinar
Tidak ada hujan ataupun guntur yang mengisyaratkan akan kedatanganmu
Entah dengan apa kamu datang.
Tiba-tiba kau menyilaukankmu
Mengajak kaki-kaki hatiku yang lama lumpuh untuk menari dibawah cahaya
Kau ajari aku tersenyum
Kau tuntun aku untuk mengenal rasa rindu kembali
Cahaya akankah kau akan tetep bersinar?
Aku Bukan Pelangi
Aku hanya seonggok daun yang terhempas dari batang karena tertiup kencangnya angin dan derasnya hujan
Aku tak lagi bisa memberikan warna, walaupun hanya satu warna
Tak ada lagi merah, hijau, kuning, yang ada hanya kelabu
Mengaburkan semua yang bergolak di hati
Menghempaskan semua yang terpatri dalam kenangan
Aku bukan lagi pelangi yang selalu ditunggu
Tak ada lagi keindahan yang aku semburatkan dalam warna-warns
Dan aku hanya yang tercampakkan dalam timbunan kenangan yang akan terlupakan dan tergerus oleh waktu
Aku bukan lagi pelangi bagimu
Monday, November 23, 2009
Cahaya dan Kata
Aku juga tidak tahu mengapa rangkaian kata itu tiba-tiba menjelma di depanku
Aku duduk dalam diam
Mencoba mengurai kemana pangkal cahaya ini
Aku duduk dalam sunyi
Membentangkan semua kata-kata yang tiba-tiba seperti permadani membawaku berkeliling.
Tapi, sulit aku temukan semuanya
selain senyum
Kedamaian
Apakah Cahaya itu untukku???
Saturday, November 21, 2009
AMNESIA
Amnesia dari sakit hatiku
Amnesia dari kekecewaanku
Amnesia dari keangkuhanmu
Amnesia dari kesombonganmu
Amnesia dari kenanganmu
AMNESIA....
Biar aku bisa melangkah tenang
tak terbebani dengan kesombonganmu
Jadikan aku amnesia tentangmu
Thursday, November 19, 2009
Bayang terahir
Aku hanya diam dengan mata terpaku. Menatapmu berjalan lambat menjauh.
Aku hanya menikmati punggungmu yang berjalan pelan menjauh.
Kamu tidak menengok kebelakang, hanya tadi saat baru melangkah satu-dua jengkal kamu sempat mengucapkan selamat Tinggal.
Saat ini kamu telah hampir mencapai tikungan itu, dan sebentar lagi aku tak akan melihatmu, walaupun itu sekedar punggungmu saja.
Dadaku berdegub kencang, menanti detik terahir mataku melihatmu. Kamu tidak berhenti atau sekedar memperlambat langkah. Tidak ada beban dalam setiap ayunan kakimu, masih tetap sama seperti saat kamu masih tepat didepanku. Kamu benar-benar telah siap untuk semua ini.
Satu
Dua
Tiga
Dan kamu telah hilang dibalik tikungan gelap, tangan kananmu yang terayun seiring dengan langkah kakimu menjadi bagian tubuhmu terahir yang aku lihat.
Matahari mulai jatuh diujung barat, menyisakan bayangan tubuhmu. Aku menikmati setiap detik menghilangnya bayanganmu.
Sekarang tak ada lagi sosokmu, bayangmu, hanya senja yang mulai merengkuh malam. Memberi kehangatan pada gerimis yang mulai berlalu.
Aku balikkan tubuhku untuk menuju keperaduan, dan membungkus hati yang tak lagi boleh menyisakan rindu.
Lanjutkan langkahmu pelangi